Senang
 melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang 
(selanjutnya disingkat: SOS) sejatinya merupakan karakter bawaan 
manusia. Karena itulah terdapat anjuran dalam hadits: 
انْظُرُوْا
 إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَل مِنْكُمْ وَلاَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ 
فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah
 kepada orang-orang yang berada di bawah kalian, dan janganlah kalian 
melihat orang-orang yang berada di atas kalian, karena sesungguhnya yang
 demikian itu menyebabkan kalian tidak meremehkan nikmat yang telah 
Allah berikan kepada kalian.” [Riwayat Muslim IV/2275/2963, at-Tirmidzi IV/665/2513, dan lain-lain.] 
Dalam lafal lain disebutkan: 
إِذَا
 نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ 
فلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَل مِنْهُ مِمَّنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ
“Jika
 salah seorang dari kalian memandang orang lain yang diberi kelebihan 
dalam harta, fisik, anak-anak dan pengikut dibandingkan dirinya, maka 
hendaklah ia memandang orang lain yang kondisinya lebih rendah dari 
dirinya.” [Riwayat al-Bukhāri V/2380/6125.]
Memperhatikan
 orang-orang yang kondisinya lebih baik dari kita, dalam banyak 
kesempatan justru membuat kita menderita serta sakit hati, dan 
sebaliknya melihat orang yang lebih menderita dibandingkan kita justru 
menjadikan kita terhibur. Karena itulah Nabi SAW mengeluarkan statement
 perintah sebagaimana di atas. Demikianlah karakter bawaan manusia. 
Hanya saja, masing-masing orang memiliki tentu memiliki sikap yang 
berbeda dalam menindaklanjuti sifat tersebut. Ada yang berjuang 
melawannya. Dan ada pula menurutinya, sehingga terkadang hal itu sampai 
kepada perbuatan dosa dan tindak kejahatan. 
Karakter
 SOS inilah yang kemudian membentuk manusia tipe psikopat, yakni suka 
meneror orang lain untuk kepuasan pribadi. Senang dan suka cita apabila 
ada orang lain menderita dan sengsara akibat perbuatannya. Dengan 
demikian, tiap orang punya potensi untuk menjadi psikopat. Hanya saja 
kadar potensi tersebut berbeda-beda, ada yang besar dan ada pula yang 
kecil. Kadar yang kecil itu dapat menjadi besar dan sebaliknya, yang 
besar dapat menjadi kecil. Tergantung bagaimana yang bersangkutan 
menyikapi atau memupuknya, serta tergantung seberapa besar penghalang 
yang dibangun. Jika seseorang itu dekat dengan Allah Ta`ālā, 
mengimani hari akhirat dengan keimanan yang sebenarnya, dan menghayati 
betapa besar dosa tindak kelaliman kepada sesama, maka ia telah 
menghalangi dan melunturkan sifat psikopat dalam dirinya. 
Dulu,
 saya punya kebiasaan, apabila sedang dirundung masalah, biasanya saya 
akan berjalan-jalan naik kereta api listrik (KRL) jurusan Jakarta-Bogor.
 Mengapa KRL? Karena di dalamnya terdapat pemandangan beragam orang 
susah yang meminta-minta. Bahkan tidak jarang ada dari mereka yang 
tubuhnya tidak lengkap atau cacat. Pemandangan tersebut membuat saya 
terhibur. Saya jadi merasa bahwa masalah yang tengah saya hadapi mungkin
 tidak sebanding dengan masalah mereka, atau minimal saya merasa punya 
teman-teman yang sama-sama menghadapi masalah, meskipun jenis 
permasalahannya berbeda. 
Seorang
 penulis berkata, “Dengan memperhatikan dan menghayati penderitaan orang
 lain, maka kita akan melupakan penderitaan diri sendiri.” 
Setelah
 mengetahui SOS merupakan karakter manusia pada umumnya, seyogyanya kita
 berhati-hati untuk menceritakan kesedihan atau kegembiraan kita kepada 
orang lain. Sebab, tidak jarang kisah kepedihan kita itu merupakan 
inspirasi kesenangan orang lain, meskipun ia menampakkan empati dan duka
 cita. Sebaliknya, kisah kegembiraan kita tidak jarang justru melukai 
orang lain, meskipun ia menyatakan turut bergembira. Tidak perlu 
jauh-jauh mencari bukti kebenaran hal tersebut, sebab diri kita sendiri 
adalah buktinya. Coba ingat kembali apa yang pernah kita rasakan ketika 
orang lain menceritakan kegembiraan atau kepedihannya kepada kita. 
Ibnul
 Qayyim berkata, “Orang bodoh mengadukan Allah (yakni apa yang Allah 
tetapkan kepadanya) kepada manusia. Inilah puncak kebodohan tehadap yang
 diadukan sekaligus objek pengaduan, sekiranya ia benar-benar mengenal 
Allah dan karakter manusia tentulah ia tidak akan pernah melakukan hal 
tersebut.” 
Sebuah syair menyebutkan, 
إِذَا شَكَوْتَ إِِلَى ابْنِ آدَمَ إِنَّمَا 
            تَشْكُو الرَّحِيْمَ إِلَى الَّذِيْ لاَ يَرْحَمُ
Jika engkau membuat pengaduan kepada anak manusia, sesungguhnya
engkau mengadukan Yang Maha Pengasih kepada yang tidak mengasihi
Ibnul Qayyim melanjutkan, “Orang yang `ārif (mengenal Allah) hanyalah mengadu kepada Allah. Dan, orang yang paling `ārif
 mengadu kepada Allah dari dirinya sendiri, dan bukan mengadukan 
manusia. Ia mengadu (kondisi dirinya) yang menyebabkan ia ditindas oleh 
orang lain.” 
Allah Ta`āla berfirman: 
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan
 apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan 
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari 
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syūrā [42]: 30) 
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
“Apa
 saja kebaikan yang menimpa kamu adalah dari Allah, dan apa saja 
keburukan yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisā’ [4]: 79) 
أَوَلَمَّا
 أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى 
هَـذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
 قَدِيرٌ
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
 padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada 
musuh-musuhmu (pada perang Badr) kamu berkata: ‘Dari mana datangnya 
(kekalahan) ini?’ Katakanlah: ‘Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.’ 
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Āli `Imrān [3]: 165) 
Ibnul Qayyim berkata, “Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam hal pengaduan ada tiga tingkatan.
 Yang terburuk adalah engkau mengadukan Allah kepada makhluk-Nya; yang 
paling tinggi adalah engkau mengadukan dirimu sendiri kepada-Nya; dan 
yang pertengahan adalah engkau mengadukan makhluk kepada-Nya.” [Lihat al-Fawā'id, hal. 87-88.] 
Semoga ada manfaatnya. 
Salam, 
Adni Abu Faris an-Nuri
*Sumber gambar dari hasil pencarian Google.

Artikel yg mnarik..jd merasa ksindir neh.. Minta izin copy y akh,ana ttp cntumin sumbernya kok.
ReplyDeleteartikel menarik… boleh copy buat bahan di blog ana?
ReplyDeletesalam kenal, ana juga di Bekasi Barat