Sesekali saya ingin bicara terkait capital market, melanjutkan obrolan status FB saya kemarin terkait Technical Analysis, coding dan "takhrij" saham.
(Btw, bagaimanapun sampai saat ini saya masih memegang lisensi aktif Wakil Manajer Investasi (WMI), Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM) dan Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE). Promosi nih, uhuy!)
š
Sekitar setahun lalu, dengan support sebagian rekan, saya sempat melakukan sejumlah riset untuk membuat "Trading System" (TS) yang mengonstruksikan portofolio berisi saham-saham tertentu. Portofolio itu diharapkan dapat memberikan profit secara optimal, atau minimal performanya lebih baik dibandingkan benchmark: IHSG.
Berdasarkan hasil backtest, beberapa TS menghasilkan profit yang cukup signifikan. Di antara hasil backtest-nya adalah sebagaimana gambar terlampir.
Percaya atau tidak (kalau tidak percaya ya sudah, itu hak pembaca, tidak perlu lanjut membaca kalau begitu)...
š
Untuk hasil backtest dari awal Januari 2014 sampai akhir Juni 2019, Portofolio menghasilkan return sebesar +626.4%, atau sekitar 13x lipat dari return IHSG pada periode tersebut sebesar +48.1%. Simulasi itu pun sudah dengan memperhitungkan biaya traksaksi (net). Adapun untuk breakdown per tahun, maka dapat dilihat pada gambar di bawah. Kenapa hasil akumulasinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil per tahunnya? Jawabannya tentu saja karena faktor compounding.
Apakah TS itu dapat diaplikasikan secara riil? Jawabnya sangat sulit. Karena adanya sejumlah kendala teknis, termasuk di antaranya apabila eksekusinya manual. Di samping itu, juga terdapat faktor psikologis, mengingat TS tersebut sifatnya agresif, maka ia pun juga tak lepas prinsip dasar investasi: "high return, high risk." Meskipun return-nya memang cukup tinggi namun begitu pula sepadan dengan risikonya, sehingga entry pada momentum market yang tidak tepat justru bisa mengakibatkan kerugian yang lumayan (lihat lingkaran merah pada gambar).
Namun demikian, meskipun TS itu belum bisa digunakan secara riil untuk saat ini, setidaknya secara kegunaan didapatkan tambahan teori tentang TS yang mampu menghasilkan profit cukup signifikan, dengan segala risikonya.
Selain itu, tentunya tiap trader berpengalaman mengetahui bahwa adanya TS yang efektif sangat diperlukan dalam aktivitas trading.
Sebagai penutup, jadi bagaimana kalau ada yang mengklaim bisa membuat TS atau "robot" yang menghasilkan profit yang "wah" juga sekaligus "risk-free" atau risikonya sangat kecil? Kalau saran saya, kecuali yang bersangkutan memang bisa membuktikan dengan data hasil tes (backtest) yang reliable, maka sebaiknya jangan terlalu percaya, Ferguso. Dari pengalaman saya, termasuk dalam melakukan berbagai backtest, prinsip dasar "high return, high risk" itu umumnya berlaku kapan pun dan di mana pun. Jadi, kemungkinan besar klaim itu hanyalah "pencitraan" palsu belaka.
š
16/07/2020
Adni
(Btw, bagaimanapun sampai saat ini saya masih memegang lisensi aktif Wakil Manajer Investasi (WMI), Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM) dan Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE). Promosi nih, uhuy!)
š
Sekitar setahun lalu, dengan support sebagian rekan, saya sempat melakukan sejumlah riset untuk membuat "Trading System" (TS) yang mengonstruksikan portofolio berisi saham-saham tertentu. Portofolio itu diharapkan dapat memberikan profit secara optimal, atau minimal performanya lebih baik dibandingkan benchmark: IHSG.
Berdasarkan hasil backtest, beberapa TS menghasilkan profit yang cukup signifikan. Di antara hasil backtest-nya adalah sebagaimana gambar terlampir.
Percaya atau tidak (kalau tidak percaya ya sudah, itu hak pembaca, tidak perlu lanjut membaca kalau begitu)...
š
Untuk hasil backtest dari awal Januari 2014 sampai akhir Juni 2019, Portofolio menghasilkan return sebesar +626.4%, atau sekitar 13x lipat dari return IHSG pada periode tersebut sebesar +48.1%. Simulasi itu pun sudah dengan memperhitungkan biaya traksaksi (net). Adapun untuk breakdown per tahun, maka dapat dilihat pada gambar di bawah. Kenapa hasil akumulasinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil per tahunnya? Jawabannya tentu saja karena faktor compounding.
Apakah TS itu dapat diaplikasikan secara riil? Jawabnya sangat sulit. Karena adanya sejumlah kendala teknis, termasuk di antaranya apabila eksekusinya manual. Di samping itu, juga terdapat faktor psikologis, mengingat TS tersebut sifatnya agresif, maka ia pun juga tak lepas prinsip dasar investasi: "high return, high risk." Meskipun return-nya memang cukup tinggi namun begitu pula sepadan dengan risikonya, sehingga entry pada momentum market yang tidak tepat justru bisa mengakibatkan kerugian yang lumayan (lihat lingkaran merah pada gambar).
Namun demikian, meskipun TS itu belum bisa digunakan secara riil untuk saat ini, setidaknya secara kegunaan didapatkan tambahan teori tentang TS yang mampu menghasilkan profit cukup signifikan, dengan segala risikonya.
Selain itu, tentunya tiap trader berpengalaman mengetahui bahwa adanya TS yang efektif sangat diperlukan dalam aktivitas trading.
Sebagai penutup, jadi bagaimana kalau ada yang mengklaim bisa membuat TS atau "robot" yang menghasilkan profit yang "wah" juga sekaligus "risk-free" atau risikonya sangat kecil? Kalau saran saya, kecuali yang bersangkutan memang bisa membuktikan dengan data hasil tes (backtest) yang reliable, maka sebaiknya jangan terlalu percaya, Ferguso. Dari pengalaman saya, termasuk dalam melakukan berbagai backtest, prinsip dasar "high return, high risk" itu umumnya berlaku kapan pun dan di mana pun. Jadi, kemungkinan besar klaim itu hanyalah "pencitraan" palsu belaka.
š
16/07/2020
Adni
* * * * *
Status FB (04/12/2020):
Awalnya sekitar pada tahun 2013, atau sekitar tujuh tahun lalu, saya mulai berusaha secara otodidak mengutak-atik dan coding pada AmiBroker Formula Language (AFL). Setelah diutak-atik dan direvisi puluhan kali, maka pada pengembangan terakhir bulan Agustus 2019 lalu, baris coding-nya menjadi sekitar 40 halaman kalau dipindahkan ke MS Word (dengan default setting), tapi kolom hasil yang ditampilkan menjadi lebih sedikit dibandingkan sewaktu perkembangan pertama kali (SS terlampir) dan menjadi lebih efektif. Dari jumlah baris coding tersebut, sekitar 1/3-nya merupakan hasil coding sendiri, sedangkan sisanya merupakan hasil modifikasi coding orang lain.
04/12/2020
Adni
Status FB (04/12/2020):
Awalnya sekitar pada tahun 2013, atau sekitar tujuh tahun lalu, saya mulai berusaha secara otodidak mengutak-atik dan coding pada AmiBroker Formula Language (AFL). Setelah diutak-atik dan direvisi puluhan kali, maka pada pengembangan terakhir bulan Agustus 2019 lalu, baris coding-nya menjadi sekitar 40 halaman kalau dipindahkan ke MS Word (dengan default setting), tapi kolom hasil yang ditampilkan menjadi lebih sedikit dibandingkan sewaktu perkembangan pertama kali (SS terlampir) dan menjadi lebih efektif. Dari jumlah baris coding tersebut, sekitar 1/3-nya merupakan hasil coding sendiri, sedangkan sisanya merupakan hasil modifikasi coding orang lain.
04/12/2020
Adni
SS contoh aktivitas "takhrij" saham via software Amibroker pada pengembangan terakhir bulan Agustus 2019 |
SS tampilan hasil "takhrij" pada pengembangan awal, bulan Desember 2013 |
Post a Comment