Di bawah ini adalah kisah pengalaman teman saya, Kang Swadika, yang hampir menjadi korban indoktrinasi oleh kelompok ekstrem yang menyimpang.
Inti pesannya: hendaklah kita berhati-hati dan waspada terhadap pengajian sembunyi-sembunyi, yang dengan cara tersebut, kelompok ekstrem mengindoktrinasi dan menyebarluaskan kesesatannya. Mereka juga tidak segan memeras dan mengintimidasi korban agar tidak bisa kabur dari jeratan mereka.
Sesungguhnya ajaran agama Islam ini jelas. Tidak ada yang perlu disembunyikan dan ditutup-tutupi.
‘Umar bin ‘Abdul-‘Aziz (w. 101 H, rahimahullah) berkata,
إِذَا رَأَيْتَ قَوْماً ينتجون بِأَمْرٍ دُونَ عَامَّتِهِمْ فَهُمْ عَلَى تَأْسِيسِ الضَّلاَلَةِ
“Kalau kalian melihat suatu kelompok membahas suatu perkara (agama) secara rahasia, agar tidak diketahui oleh masyarakat, maka sejatinya mereka itu sedang membangun kesesatan.” [Diriwayatkan oleh al-Darimy dalam Musnad-nya no. 311.]
Semoga bermanfaat. Allahu a’lam.
1/4/2021
AdniKu
Kang Swadika menulis di status FB-nya hari ini (dengan sedikit pengeditan bahasa):
"Dik, besok ikut pengajian yuuk abis pulang sekolah,” ajak seorang teman, sewaktu saya masih SMA. "Pengajian apa? Di mana?" tanya saya. "Ada deh… di daerah Srengseng Sawah, Jagakarsa, dekat kok dari sekolah kita (dulu sekolah saya di Lenteng Agung), pokoknya bagus deh pengajiannya," kata rekan saya yang juga terkenal saleh itu. "Waah besok gue ga bisa nih. Ada les. Lain kali ya…," jawab saya.
Setelah lebih dari 5 kali dia mengajak secara terus-terusan, akhirnya ajakannya saya iyakan. Pada siang itu, sepulang sekolah saya diajak oleh rekan saya tersebut ke sebuah rumah yang cukup besar namun lokasinya agak terpisah dari rumah-rumah di sekitarnya, di kelilingi rawa-rawa. Di dalamnya ada sekitar 10 orang laki-laki. Dan, mulailah pengajian itu…
Eeng ing eeng, saya diajak sese-"ustadz" ke sebuah ruangan didampingi rekan saya yang mengajak tersebut. Ruangan kosong hanya ada 1 buah whiteboard dan spidol, dengan karpet dilantai serta lampu yang tidak begitu terang. Saya dibekali dengan 1 buah Quran. Pengajian dimulai, sang "ustadz" ini meminta saya membuka ayat-ayat di Quran yang semuanya sudah di-stabilo warna kuning. Intinya, dia menjelaskan bahwa kita harus berjihad, memerangi orang kafir, berani mengorbankan semua yang kita punya dalam rangka berjihad tersebut. Menurutnya, karena negara kita bukan berdasarkan hukum Islam maka semuanya kafir, harus diperangi, maka kita bersama-sama akan membuat Negara Islam Indonesia (NII). Caranya adalah saya harus dibaiat dulu, lalu saya harus menyerahkan semua harta, termasuk harta orang tua, untuk mereka. Kita diperbolehkan bohong kepada orang tua untuk mengambil harta benda mereka, karena mereka bukan golongan kita. Intinya, membuat Negara Islam Indonesia.
Saya sudah resah dan gelisah, hati kecil saya bergejolak. Ini sudah nggak bener. Tapi saya tidak bisa keluar dari kamar dan dari rumah tersebut. Stres mulai melanda. Apalagi mereka bilang siap-siap jam 12 malam saya akan dibawa ke sebuah tempat dengan mata tertutup dan akan dibaiat. Saya juga nggak boleh hubungi orang tua. Anehnya, ketika masuk waktu Zuhur dan Asar, mereka ngga ada yang salat! Ini membuat saya semakin yakin bahwa ini nggak bener nih!
Stres dan cemas memuncak menjelang Magrib. Saya masih ditaruh di sebuah kamar tertutup. Suatu ketika, si "ustadz" itu keluar mau ambil kopi, rekan saya yang mengajak saya itu juga sedang keluar ke kamar mandi untuk buang air kecil. Buru-buru saya langsung lari keluar kamar menuju pintu belakang. Alhamdulillah pintu belakang tidak dikunci. Saya langsung berlari secepatnya melewati rawa-rawa yang tingginya sepinggang saya sejauh 100 meter menuju jalan raya. Selanjutnya tepat di depan saya melintas bis Kopaja 606, maka langsung saya stop dengan berdiri di tengah jalan. Saya naik bis tersebut dengan perasaaan sangat ketakutan karena mereka akan mengejar saya. Alhamdulillah, saya tiba di rumah dengan selamat.
Seminggu setelah kejadian itu, rekan saya yang mengajak saya itu masih tiap hari datang ke rumah saya untuk mencari saya. Bahkan dia juga berani minta ke orang tua saya, untuk masuk ke kamar saya. Tentunya tidak diizinkan. Orang tua saya bahkan mengancam akan memanggil polisi saat itu juga.
Demikianlah, pelajaran buat kita semua untuk selalu hati-hati dan waspada. Mereka banyak sekali mencari korban anak-anak muda (SMA dan Kuliah), mencuci otak dan memasukan ideologinya ke anak-anak tersebut.
Buat orang tua, pastikan dengan siapa saja anak bergaul, pastikan kegiatan apa saja yang mereka ikuti, bangun komunikasi yang nyaman dan terbuka dengan mereka, sehingga kita bisa memproteksi keluarga kita dari ideologi seperti itu.
🙏🙏🙏
Gambar dari Pexels |
Post a Comment