Semalam saya mendapatkan ucapan motivasi yang bagus yang disampaikan kepada korban persekusi: “There's one way you win over bullies: it's by being happy and successful. Bullies are always threatened about talented people. So, in a weird way, it's a compliment.” Ada satu cara untuk menang melawan para pelaku persekusi, yaitu dengan menjadi bahagia dan sukses. Para pencela itu sejatinya selalu merasa terancam dengan eksistensi orang-orang yang bertalenta. Jadi, dengan cara yang unik, persekusi itu sebenarnya pujian.

Itu mengingatkan pada salah satu bait syair populer milik Abut-Thayyib al-Mutanabbi (w. 354 H),

وَإِذا أَتَتكَ مَذَمَّتي مِن ناقِصٍ ***  فَهِيَ الشَهادَةُ لي بِأَنِّيَ كامِلُ

Jika datang kepadamu celaan bagiku dari yang banyak kelemahannya
    maka sejatinya itu adalah persaksian untukku bahwa aku sosok istimewa
 
Diriwayatkan bahwa Nabi (shallallahu ‘alahi wa sallam) bersabda,

فإن كل ذي نعمة محسود

Sesungguhnya tiap yang memiliki karunia itu merupakan objek kedengkian.” [HR al-Thabrani dan lain-lain. Hadis ini dinyatakan valid oleh al-Albani meskipun dilemahkan oleh sejumlah ulama lainnya.]

Sepanjang sejarah, orang-orang yang sangat bertalenta seringkali dipersekusi oleh para rival yang tidak mampu menjangkau pencapaian dan kecemerlangan mereka. Contohnya sebut saja ulama yang mengalami persekusi berat (mihnah) semasa hidupnya, semisal Imam Ahmad (w. 241), Imam al-Bukhari (w. 256 H) dan Syaikhul-Islam Ibn Taimiyyah (w. 728 H). Namun, pada akhirnya permata tetaplah permata. Ada saatnya, cepat atau lambat, nama mereka tidak hanya dipulihkan, melainkan justru dicatat dengan tinta emas sejarah. Legacy mereka juga terpelihara. Sedangkan legacy para rival mereka justru terabaikan.

Allahu a’lam.

17/12/2020
AdniKu 




Post a Comment

 
Top