Diriwayatkan bahwa Nabi (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda,

اسْتَعِينُوا عَلَى إِنْجَاحِ الْحَوَائِجِ بِالْكِتْمَانِ، فَإِنَّ كُلَّ ذِي نِعْمَةٍ مَحْسُودٌ


Jadikan sebagai penopang untuk merealisasikan keperluan kalian adalah dengan menutupinya. Karena sesungguhnya setiap yang mendapat nikmat itu menjadi obyek kedengkian.” [HR al-Thabrani, al-Baihaqi dan lain-lain]

Hadis ini masih diperselisihkan validitasnya di kalangan ulama. Al-Albani mengesahkannya, al-‘Iraqi dan al-Suyuthi melemahkannya, Abu Hatim al-Razi memandangnya sebagai “munkar”, bahkan Ibn al-Jauzi menilainya palsu. Di kalangan ulama kontemporer yang melemahkan hadis itu antara lain Musthafa al-‘Adawi.

Bagaimanapun, konten yang disebutkan oleh hadis itu seringkali berkesesuaian dengan fakta, yaitu seseorang yang mengungkapkan rencananya akhirnya justru terhalangi oleh para pendengki yang mengetahui rencana tersebut.

Namun juga tidak harus dipahami bahwa pengungkapan rencana-rencana yang baik itu dilarang secara mutlak. Syaikh Musthafa al-‘Adawi (dalam salah satu videonya di Youtube) menjelaskan bahwa perlu dibedakan kepada siapa pengungkapan tersebut. Kalau diungkapkan kepada orang-orang dekat dan salih maka tidak mengapa, karena mereka akan memberikan dukungan, di antaranya dengan doa kebaikan dan keberkahan. Adapun kepada orang-orang yang berpotensi untuk mendengki, maka inilah yang dihindari, karena mereka justru ingin rencana itu gagal.

Syaikh Musthafa al-'Adawi kemudian menyebutkan beberapa dalil yang menguatkan pandangannya sebagaimana di atas, di antaranya adalah hadis:

الرؤيا الصالحة من الله فإذا رأى أحدكم ما يحب فلا يحدث بها إلا من يحب


Mimpi yang baik itu dari Allah. Jika kalian bermimpi melihat hal-hal yang kalian senangi maka janganlah diceritakan kecuali kepada orang-orang kalian cintai.” [HR al-Bukhari no. 6637 dan Muslim no. 2261.]

Demikian, semoga bermanfaat. Allahu a’lam.

03/01/2021
Cak AdniKu 




Post a Comment

 
Top