Nabi (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda,

أرْحَمُ أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ، وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ، وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ، وَأَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ، وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ، وَأَعْلَمُهُمْ بِالْحَلَالِ وَالْحَرَامِ مُعَاذٌ، إِلَّا أَنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينًا، وَإِنَّ أَمِينَ هَذِهِ الْأُمَّةِ أَبُوعُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ


Dari kalangan umatku, yang paling welas asih kepada mereka adalah Abu Bakr; yang paling tegas dalam aturan Allah adalah ‘Umar; yang paling benar rasa malunya adalah ‘Utsman; yang paling baik dalam membaca Quran adalah Ubay bin Ka’b; yang paling hebat dalam ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit; dan yang paling mengetahui halal dan haram adalah Mu’adz. Selain itu, tiap umat memiliki orang kepercayaan dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah.”

[HR al-Hakim no. 5784, al-Tirmidzi no. 3790 dan lain-lain. Al-Hakim menyatakan hadis ini valid sesuai persyaratan al-Bukhari serta Muslim, dan itu disetujui oleh al-Dzahabi. Hadis ini juga dinilai valid oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 897 dan al-Shahihah no. 1224.]

Sementara dalam riwayat Ibn Majah terdapat tambahan penyebutan ‘Ali bin Abi Thalib:

أرحم أمتي بأمتي أبو بكر، وأشدهم في دين الله عمر، وأصدقهم حياء عثمان، وأقضاهم علي بن أبي طالب، وأقرؤهم لكتاب الله أبي بن كعب، وأعلمهم بالحلال والحرام معاذ بن جبل، وأفرضهم زيد بن ثابت، ألا وإن لكل أمة أمينا، وأمين هذه الأمة أبو عبيدة بن الجراح


Dari kalangan umatku, yang paling welas asih kepada mereka adalah Abu Bakr; yang paling tegas dalam agama Allah adalah ‘Umar; yang paling benar rasa malunya adalah ‘Utsman; yang paling mengetahui tentang peradilan dengan hukum syariat adalah ‘Ali bin Abi Thalib, yang paling baik dalam membaca Quran adalah Ubay bin Ka’b; yang paling mengetahui halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal; dan yang paling hebat dalam ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Ingatlah, sesungguhnya tiap umat memiliki orang kepercayaan dan orang kepercayaan umat ini adalah Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah.” [HR Ibn Majah no. 154 dan disahihkan oleh al-Albani.]

Al-‘Allamah al-‘Aini (w. 855 H, rahimahullah) berkata,

وَالْأَمَانَة مُشْتَركَة بَين أبي عُبَيْدَة وَغَيره من الصَّحَابَة، لَكِن الْمَقْصُود بَيَان زيادتها فِي أبي عُبَيْدَة وَالنَّبِيّ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم، خص كل وَاحِد من كبار الصَّحَابَة بفضيلة وَاحِدَة وَصفه بهَا، فأشعر بِقدر زَائِد فِيهَا على غَيره


“Sifat amanat itu dimiliki oleh Abu ‘Ubaidah bersama dengan para Sahabat lainnya. Namun yang dimaksud adalah menjelaskan bahwa sosok Abu ‘Ubaidah memiliki keunggulan dalam sifat tersebut. Nabi (shallallahu ‘alaihi wa sallam) menyebutkan suatu keutamaan khusus dari masing-masing kalangan Sahabat senior, yang ia tersifati dengannya dan menjadi keunggulannya dibandingkan orang lain.” [Ref.: ‘Umdatul-Qari, vol. XVI, hlm. 238.]

Intinya, masing-masing individu merupakan sosok yang unik. Keunggulan serta nilai lebih antara satu orang dan yang lain itu tidaklah sama. Yang terpenting adalah seluruhnya berserikat, bersinergi dan saling mengisi dalam kebaikan, yang dengan itulah kita mendirikan peradaban.

Maka, lebih fokuslah pada keunggulanmu, yang engkau berkontribusi dan tersifati dengan hal tersebut.

Semoga bermanfaat. Allahu a’lam.

18/03/2021
AdniKu

══ •◇ ✿ ❀ ✿ ◇• ══

📞 WA Group: bit.ly/faidahringkas
📋 Telegram: t.me/faidahringkas
🌐 Blog: adniku.blogspot.com
📷 IG: instagram.com/adniku
🎙 Twitter: twitter.com/adniku
📱 FB: facebook.com/adni.ku 




Post a Comment

 
Top