Ketahuilah, sesungguhnya kunci surga adalah tauhid dan perealisasian Lā Ilāha illallāh, yaitu dengan menjadikan seluruh ibadah semata-mata hanya ditujukan kepada Allah dan tidak berbuat syirik kepada-Nya.
Nabi ` bersabda,
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Siapa yang bersaksi bahwa Lā Ilāha illallāh (tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah) maka wajib baginya surga.” [Lihat Shahīh al-Jāmi', no. 229; dan ash-Shahīhah, no. 1135. Hadits ini dimasukkan sebagai salah satu hadits mutawātir dalam Nazhm al-Mutanātsir, hal. 21, no. 8]
Imam
Ibnul Qayyim berkata, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala
sesuatu yang ingin dicapai kunci tertentu untuk membukanya…. Kunci
surga adalah tauhid, kunci ilmu adalah pertanyaan yang baik dan
memperhatikan secara seksama, kunci pertolongan dan kemenangan adalah
sabar, kunci tambahan (karunia) adalah syukur…. Ini adalah bab yang
agung dari bab-bab ilmu, yaitu mengetahui kunci-kunci pintu kebaikan dan
keburukan. Tidaklah mendapatkan taufiq untuk mengetahui dan memelihara
hal ini melainkan orang-orang yang mendapat bagian dan taufiq yang
sangat besar. Sebab Allah telah menjadikan bagi setiap kebaikan dan
keburukan pintu dan kunci untuk memasukinya.” [Hādil Arwāh ilā Bilādil Afrāh, hal. 65-66. Lihat pula Ahwāl al-Ākhirah min Nushūsh al-Kitāb was Sunnah, Prof. Dr. Sayyid Muhammad Sādātī asy-Syinqithi, hal. 101-102]
Suatu ketika Wahb Ibn Munabbih ditanya, “Bukankah kunci Surga adalah lā Ilāha illallāh?”
Wahb menjawab, “Benar. Namun tidaklah ada satu kunci pun melainkan
pasti memiliki gerigi. Jika engkau membawa kunci yang memiliki gerigi
(yang tepat) niscaya akan terbuka untukmu. Dan jika tidak, maka tidak
akan terbuka untukmu.” [Riwayat al-Bukhāri secara mu'allaq, dalam al-Janā-iz vol. I, hal. 145]
Maksud
beliau, tauhid memang kunci surga, akan tetapi gerigi dari kunci
tersebut adalah mengerjakan berbagai amal shalih, yaitu mengerjakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Ada yang bertanya kepada al-Hasan al-Bashri, “Orang-orang mengatakan bahwa barangsiapa yang mengucapkan lā Ilāha illallāh niscaya masuk surga.” Beliau menjawab, “(Yaitu) siapa yang mengucapkannya serta menunaikan hak dan kewajibannya.” [Jāmi' al-'Ulūm wal-Hikam, hal. 209-210]
Post a Comment